SKETSA PHOTOGRAPHY & VIDEOGRAPHY

DOKUMENTASIKAN MOMENT HIDUP ANDA MELALUI MEDIA PHOTO DAN VIDEO

Subscribe
Add to Technorati Favourites
Add to del.icio.us
Rabu, 20 Oktober 2010

DUNIA PHOTOGRAPHY

Diposting oleh Yudhi Legendaris

SEKILAS TENTANG PHOTOGRAPHY

Sejarah fotografi tidak akan lepas dari penemuan kamera dan film. Dengan penemuan film, kita dapat mereproduksi gambar, dan proses pencahayaan film tersebut terjadi di dalam kamera. Menurut sejarah, prinsip kerja kamera telah ditemukan sejak zaman Aristoteles, bahkan mungkin sebelumnya. Aristoteles mengadakan percobaannya dengan merentangkan kulit yang diberi lubang kecil, digelar di atas tanah dan diberi antara untuk menangkap bayangan matahari. Sehingga cahaya dapat menembus dan memantul di atas tanah dan gerhana matahari dapat diamati. Kemudian penemuan kamera obscura ditemukan oleh Leonardo da Vinci, sorang pelukis dan ilmuwan. Kamera obscura berupa sebuah kamar gelap yang diberi lubang kecil di salah satu sisinya, sehingga seberkas cahaya dapat masuk dan membuat bayangan dari benda-benda yang ada di depannya.

Pada mulanya kamera ini tidak begitu diminati, karena cahaya yang masuk amat sedikit, sehingga bayangan yang terbentuk pun samar-samar. Penggunaannya terutama masih untuk menggambar benda-benda yang ada di depan kamera. Penggunaan kamera ini baru populer setelah ditemukannya lensa pada tahun 1550. Dengan lensa pada kamera ini, maka cahaya yang masuk ke kamera dapat diperbanyak, dan gambar dapat dipusatkan, sehingga menggambar menjadi lebih sempurna.
Tahun 1575, kamera portable yang pertama baru dibuat, dan penemuan kamera ini untuk menggambar makin praktis. Baru tahun 1680 lahir kamera refleks pertama, namun penggunaannya masih untuk menggambar, karena bahan baku untuk mengabadikan benda-benda yang berada di depan lensa selain dengan menggambar masih belum ditemukan. Jadi, pada zaman tersebut, kamera masih dipakai untuk mempermudah dalam menggambar. Dimana hasil dari kamera tersebut masih belum dapat direproduksi, karena belum ditemukannya film negatif. Sejarah penemuan film dimulai ketika orang berusaha untuk dapat mengabadikan benda yang berada di depan kamera, sudah mulai berkembang sejak abad ke-19, dengan adanya penemuan penting oleh Joseph Niepce, seorang veteran Perancis. Ia bereksperimen dengan menggunakan Aspal Bitumen Judea. Dengan pencahayaan 8 jam, ia berhasil mengabadikan benda yang berada di depan lensa kameranya menjadi sebuah gambar pada plat yang telah dilapisi bahan kimia tersebut. Namun melalui percobaaan ini masih belum dapat membuat duplikat gambar Percobaan demi percobaan telah dilakukan untuk menemukan bahan pembuat duplikat gambar, tetapi tetap gagal. Sampai akhirnya Sir Henry Talbott menemukan Callotype dari bahan kertas yang gambar-gambarnya berupa gambar negatif dan dapat direproduksi. Tapi penemuan ini kurang diminati, karena hasilnya kurang tajam. Kemudian lahirlah Collodion, bahan baku fotografi yang diperkenalkan oleh Frederick Scott Archer, dengan menggunakan kaca sebagai bahan dasarnya. Proses ini adalah proses basah. Bahan kimia tersebut dilapiskan ke kaca, kemudian langsung dipasang pada kamera obscura, dan gambar yang dihasilkan lebih baik. Cara ini banyak dipakai untuk memotret di seluruh Eropa dan Amerika, sampai ditemukannya bahan gelatin dan ditemukannya bahan kimia yang dapat digunakan untuk proses kering.
Tahun 1895, George Eastman membuat film gulung (roll film) dengan bahan gelatin, yang dipakai untuk memotret (mengabadikan citra alam) sampai sekarang. Penemuan-penemuan tersebut di atas telah mempermudah kita dalam mengabadikan benda-benda yang berada di depan lensa dan mereproduksinya, sehingga para fotografer, baik amatir maupun profesional dapat menghasilkan suatu karya seni tinggi, tanpa perlu terhalang oleh keterbatasan teknologi.
·         Ini adalah secuil nama-nama tokoh fotografi yang berbakat di dunia ini:
Albert Bierstadt * Alex Mendur * Alfred Stieglitz * André Adolphe Eugène Disdéri * Andreas Darwis Triadi * Angelo Sala * Ansel Easton Adams * Art Wolfe * Arthur Korn * Brett Weston * Charles Babbage * Charles Mees * Charlie Waite * David Doubilet * Dennis Gabor * Dorothea Lange * Eadweard Muybridge * Edward Bausch * Edward Weston * Étienne Jules Marey * Eugene Smith * Erich Salomon * Ernest Hoff * Ernst Haas * Frans Lanting * Frans Sumarto Mendur * Galen Rowell * Gemma Fricius * George D. Lepp * George Eastman * Giambattista della Porta * Hannah Hoch * Hannibal Goodwin * Harold Edgerton * Henry Cartier Bresson * Henry J. Newton * Humphrey Davy * Imogen Cunningham * John Shaw * John Mullin * Johann Heinrich Schulse * Jonas Ferdinand Gabriel Lippmann * Joseph Nicéphore Niépce * Kassian Cephas * Konrad Zuse * Louis Ducos du Hauron * Louis-Jacques-Mandé Daguerre * Lewis W. Hine * Max Ernst * Raoul Hausmann * Redika Yudha Kurniadi * Richard Maddox * Robert Frank * Russell Kirsch * Silvester Adi Surya * Thomas Alva Edison * Thomas Moran * Thomas Wedgwood * Tim Flach * Willard Van Dyke * William Albert Allard * William Henry Fox Talbot * Yasujiro Niwa * Yevgeny Khaldei 

TEKNIK MEMOTRET

Menurut buku Foto Jurnalistik, teknik memotret adalah suatu cara dalam memotret setelah diketahui bagaimana tahapan memotret.

Mari kita bahas sedikit tentang tahapan memotret sebelum kita membahas tentang teknik memotret. Ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan sebelum kita mulai memotret, yaitu komposisi, fokus, kecepatan dan diafragma. Keempat tahap ini penting diperhatikan pada saat memotret untuk dapat menghasilkan foto yang baik secara teknik.

TAHAPAN DALAM MEMOTRET

Komposisi diatur dengan memilih point of interest dari suatu objek. Point of interest adalah sesuatu yang paling menonjol dalam sebuah objek foto. Komposisi menempati urutan pertama yang harus diperhatikan dalam tahapan memotret. Ini karena pengaturan komposisi foto hanya dapat diatur oleh fotografer sendiri dan tidak bisa digantikan oleh kamera. Ini berbeda dengan fungsi yang lain seperti fokus, kecepatan dan diafragma. Pada kamera otomatis, ketiga hal ini dapat digantikan oleh kamera.

Setelah mengatur komposisi, kita harus mengatur fokus dari objek yang akan kita foto. Point of interest adalah hal utama yang harus difokuskan. Focusing bisa dilakukan dengan memutar ring fokus pada lensa atau mengatur jarak kamera dengan objek foto.

Tahap selanjutnya adalah pengaturan kecepatan. Maksud dari kecepatan ini adalah gerakan tirai yang membuka-menutup sesuai angka yang dipilih tombol kecepatan. Semakin cepat gerakan membuka dan menutup tirai maka semakin sedikit cahaya yang masuk. Sedangkan jika gerakannya semakin lambat maka semakin banyak cahaya yang masuk. Semakin cepat atau lambatnya gerakan tirai ini ditunjukan pada angka-angka yang terdapat pada kamera.

Diafragma sering juga disebut bukaan lensa. Inilah hal terakhir dalam tahapan memotret. Last but not least, karena pengaturan diafragma juga penting agar dapat menghasilkan foto yang baik. Teorinya hampir sama dengan kecepatan yang memakai prinsip bola mata manusia. Semakin kecil bukaan lensa maka semakin sedikit cahaya yang masuk dan begitu pula sebaliknya.

Namun ada sedikit perbedaaan antara diafragma dan kecepatan. Angka yang ditunjukkan pada kamera berbanding terbalik dengan besarnya bukaan. Jadi semakin kecil angka yang ditunjukkan maka semakin besar bukaan lensanya. Sedangkan semakin besar angkanya maka semakin kecil bukaan lensanya.

Selain banyak sedikitnya cahaya, depth of field atau ruang tajam juga dapat diatur melalui diafragma ini. Teori ruang tajam adalah, semakin besar bukaan lensa maka semakin sempit ruang tajam atau objek yang dapat difokus. Sedangkan semakin kecil bukaan lensa maka semakin luas ruang tajam dari objek foto. Contoh penggunaan ruang tajam yang sempir adalah ketika kita ingin membuat foto wajah seseorang. Yang terlihat tajam hanya wajahnya saja, sedangkan backgroundnya tidak tajam.

KEMBALI KE TEKNIK MEMOTRET

Setelah kita mengetahui tentang tahapan memotret maka kita akan melanjutkan pembahasan tentang teknik memotret. sebenarnya ada banyak teknik dalam memotret. namun kita akan memfokuskan pembahasan kita pada teknik-teknik yang paling sering dipakai.

Yang pertama adalah freeze yaitu teknik meemotert pada objek yang bergerak dengan seolah-olah menghentikan objek yang bergerak itu. Teknik ini menggunakan kecepatan yang tinggi sehingga objek seolah-olah membeku. Biasanya teknik ini digunakan untuk memotret kegiatan olah raga seperti sepak bola dan balap motor.

Adapun teknik panning yang, bisa dikatakan, kebalikan dari teknik freeze. Pada teknik ini, sebuah foto dimaksudkan untuk menampilkan efek gerak pada objek yang bergerak. Efek gerak ditampilkan pada bagian background dari foto. Teknik ini dilakukan dengan cara menggerakan kamera sealur dengan arah bergeraknya objek. Untuk melakukan teknik ini, dibutuhkan alat bantu kamera berupa tripod. Selain agar background yang dihasilkan tidak kacau, teknik ini mengharuskan penggunaan low speed yang keduanya mengharuskan kamera tidak banyak goyang.

Teknik selanjutnya adalah zooming yaitu adalah teknik memotret untuk menghasilkan foto dengan efek objek seperti menjauh/mendekat ke kamera. Pada saat tombol shutter ditekan, ring zoom digerakkan menjauh atau mendekat untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Seperti halnya teknik panning, kecepatan rendah dibutuhkan dalam menggunakan teknik ini agar kita memiliki cukup waktu untuk memutar ring zoom.

Jika pada teknik panning dan zooming membutuhkan low speed, maka adapun teknik yang memungkinkan kita untuk mengatur kecepatan gerak buka-tutup tirai rana. Teknik ini dinamakan teknik bulb. Biasanya teknik ini digunakan untuk memotret pada kondisi yang minim cahaya seperti pada malam hari. Disaat prioritas speed tidak dapat membantu untuk mendapatkan pencahayaan normal, maka digunakanlah teknik ini.

Teknik lain adalah double/multiple exposure. Teknik ini merupakan teknik yang cukup menarik karena menghasilkan gambar yang unik. Dalam satu frame foto kita dapat menghasilkan foto orang yang sama dengan pose yang berbeda. Untuk menghasilkan foto ini dianjurkan menggunakan tripod agar foto yang dihasilkan tidak goyang. Sebaiknya memilih background gelap atau hitam agar penumpukan objek foto bagus dan tidak kacau.

Makro adalah sebuah teknik fotografi yang memungkinkan kita untuk memotret sebuah objek dari jarang yang sangat dekat. Biasanya pemotretan jarak dekat ini dimaksudkan untuk mendapatkan detail dan tekstur dari sebuah objek. Teknik ini membutuhkan lensa khusus. Akan tetapi jika kita tidak mempunyai lensa khusus makro, kita dapat menyiasatinya dengan menggunakan lensa standar kamera kita secara terbalik. Dan tentu saja itu akan lebih sulit ketimbang menggunakan lensa makro.

Teknik menarik lain adalah siluet. Teknik ini menempatkan sumber cahaya berada tepat dibalik objek. Dengan demikian objeknya akan terlihat gelap. Pengaturan kecepatan dan diafragma tergantung dari cahaya yang ada waktu memotretan berlangsung. Dibutuhkan ketepatan dalam mengatur kecepatan dan diafragma sehingga objek yang direkam memiliki kontur dan ketajaman yang tepat.

Penguasaan tahapan serta teknik memotret merupakan hal yang penting bagi seorang fotografer. Ini tentu saja harus dimulai dengan mengenal kamera yang akan kita gunakan untuk memotret. Karena dengan mengenali kamera yang kita gunakan, kita dapat menggunakan fasilitasnya dengan baik sehingga menghasilkan foto dengan teknik yang sempurna.

PENGKONSEPAN FOTO

Konsep dalam fotografi adalah a general statement of the idea behind a photograph (pernyataan suatu ide dalam sebuah foto). Pernyataan tersebut bisa dilihat dari objek sebuah foto ataupun teknik yang digunakan dalam mengambil foto.

Foto dapat dikatakan bagus jika konsep yang telah disusun oleh fotografer dapat dipahami oleh individu yang melihat foto itu. Ini merujuk pada prinsip komunikasi. Sebuah komunikasi dinyatakan efektif jika pesan dari dari komunikator dapat sampai pada komunikan dan diartikan sama dengan maksud dari komunikator itu sendiri. Ini karena memang kegiatan fotografi sendiri adalah sebuah proses komunikasi.

Maka dari itu pematangan sebuah konsep sangat diperlukan sebelum memotret sebuah objek. Dengan mematangkan ide terlebih dahulu, kita dapat mengetahui objek apa yang akan kita potret dan teknik apa yang kita gunakan sehingga dapat menguatkan pesan pada objek itu. Dan juga kita dapat mengetahui alat-alat bantu fotografi apa yang kita butuhkan untuk memotret.

Banyak foto yang dibuat dengan konsep yang cukup sederhana sehingga orang dapat dengan seketika menangkap pesan dalam foto tersebut. Namun adapaun foto yang membutuhkan pemikiran yang mendalam sebelum kita dapat menangkap pesan yang tersirat pada foto itu.

Dalam foto Komersial dan foto Jurnalistik, pesan yang kita tangkap cenderung cukup mudah. Karena jika tidak begitu maka produk (dalam foto komersial) atau berita (dalam foto jurnalistik) tidak dapat ditangkap oleh penikmat foto. Ini kemudian berpengaruh pada keberhasilan produk atau berita itu dijual.

Sedangkan pada foto Fine Art, pemaknaan foto cenderung membutuhkan pemikiran yang lebih mendalam. Karena dengan melihat objek atau teknik pemotretannya tidak cukup untuk menginterpretasi foto itu sendiri. Kadang saking sulitnya, para penikmat foto jenis ini membutuhkan bantuan sang fotografer untuk menginterpretasikan foto itu.

Ada beberapa pendapat tentang bagaimana mengkonsep sebuah foto. Ada pendapat bahwa jauh sebelum kita memotret, kita harus menyiapkan sebuah konsep yang matang. Ini memudahkan kita dalam memilih objek foto dan menggunakan teknik apa dalam foto tersebut. Selain itu dengan konsep yang matang, foto yang kita hasilkan bisa memiliki pesan yang cukup kuat.

Namun ada beberapa fotografer yang berpendapat bahwa konsep bisa saja muncul beberapa detik sebelum kita menekan tombol shutter pada kamera. Karena tentu pada saat itu kita berpikir bagaimana membingkai suatu objek. Dan disitulah pengkonsepan foto terjadi.

Jika melihat kedua pendapat ini, maka kita bisa menyimpulkan bahwa ada dua macam pengkonsepan. Yang pertama adalah pengkonsepan secara spontan yaitu pengkonsepan yang dilakukan sesaat sebelum tombol shutter ditekan. Yang kedua adalah pengkonsepan yang membutuhkan waktu yang cukup lama.

Biasanya untuk menghasilkan foto Komersial dan foto Fine Art diperlukan pengkonsepan yang cukup lama. Ide untuk menghasilkan foto-foto jenis ini memang harus digodok secara matang sebelum kemudian dieksekusi.

Foto komersial biasanya objeknya berupa sebuah barang atau jasa yang akan dipasarkan. Penggodokan konsep yang matang sangat diperlukan dalam membuat foto jenis ini.� Karena nantinya foto Komersial adalah media komunikasi produsen yang didalam foto tersebut strategi yang efektif dalam memasarkan sebuah produk.

Sedangkan pada karya foto Fine Art penggodokan konsep sangat diperlukan agar idealisme fotografer dapat tertuang dalam sebuah foto. Karena pemaknaan foto fine art sendiri perlu pemikiran yang mendalam, maka tentu saja awal lahirnya konsep itu sendiri membutuhkan pemikiran yang cukup mendalam pula.

Pengkonsepan dalam foto Jurnalistik, berbeda dengan foto Fine art atau Komersial. Dalam membuat foto jurnalistik tidak memerlukan proses pengkonsepan yang lama. Namun bukan berarti foto ini tidak butuh konsep. Meskipun kesannya spontan, akan tetapi konsep sangat perlu diperlukan untuk menghasilkan foto Jurnalistik agar nantinya dapat menghasilkan �foto yang bercerita�.

Beberapa orang menganggap bahwa konsep dalam memotret tidak wajib dibuat. Mereka menganggap bahwa konsep bisa dibuat atau bisa juga ditinggalkan. Karena menurut mereka dengan membuat konsep terlebih dahulu, dapat mempersempit ruang gerak dan kreatifitas mereka. Sehingga mereka tidak punya kesempatan untuk berkreasi. Mereka menganggap insting adalah yang paling penting. Karena dengan insting yang tajam, mereka dapat dengan mudah menemukan objek yang menarik untuk dipotret.

Namun apa yang tidak disadari adalah, sebuah konsep muncul dengan sendirinya dalam diri seorang fotografer sesaat setelah ia berniat untuk memotret. Konsep muncul tanpa kita sadari. Disaat kita menentukan kemana kita akan memotret, kamera apa yang akan kita pakai, kapan kita akan pergi dan pertimbangan lain, disaat itulah kita mengkonsep.

Konsep dalam fotografi sendiri adalah ide yang kita tuangkan dalam sebuah foto. Maka tidaklah mungkin kita dapat menghasilkan sebuah karya foto, terlepas itu baik taupun tidak, tanpa sebuah konsep. Karena tanpa konsep maka sebuah karya foto tidak akan dapat tercipta. Betul tidak?

UNTUK DASAR ANDA COBA MENGEDIT HASIL PHOTO ANDA 
DISINI

Selasa, 07 September 2010

ASAL USUL ADOBE PHOTOSHOP

Diposting oleh Yudhi Legendaris

Sebuah image (gambar/foto) dapat berfungsi sebagai media yang dapat memberikan informasi yang disampaikan kepada masyarkakat. Orang lebih mudah memahami sebuah pesan hanya dengan melihat gambar dibanding harus membaca teks. Ketika menemukan sebuh pamflet, brosur, maupun booklet yang pertama dilihat adalah gambarnya kemudian informasi yang disampaikan.
Untuk membuat perpaduan gambar dan teks diperlukan keterampilan khusus dalam mendesain sebuah image. Selain dituntut mampu mengembangkan ide juga sedikitnya harus tahu tentang mengkombinasikan warna maupun mode warna yang ada. Graphic designer lebih dikenal sebagai peran utama dalam menciptakan sebuah image yang berkualitas yang dapat membuat tampilan beberapa publikasi seperti sampul buku maupun majalah, brosur, booklet, leaflet, banner, katalog dan publikasi lain yang sejenis menjadi impresif.
Seorang profesor dari Michigan (USA) bernama Glenn Knol membuat sebuah eksperimen untuk  mengolah foto secara digital. Dengan alat seadanya, sang profesor bekerja keras di ruang gelap (dark room) milik pribadinya. Beliau memiliki dua orang anak yang bernama: John Knoll dan Thomas Knoll. Kedua anak tersebut meneruskan cita-cita ayahnya untuk membuat sebuah program pengolah gambar secara digital tersebut.
Singkat cerita, akhirnya kedua saudara tersebut berhasil menciptakan sebuah program aplikasi pengolah gambar yang saat itu masih sederhana. Atas penemuan tersebut, sebuah perusahaan bernama Image Scan memberikan lisensi. Namun selang satu tahun, lisensi diambil alih oleh Adobe Corporation.
Kemudian program pengolah gambar tersebut diberi nama Adobe Photoshop. Versi terakhir adalah versi 11 atau lebih dikenal dengan Adobe Photoshop CS4 (Creative Suite).
Memang, pada awal terciptanya Photoshop hanya ditujukan untuk keperluan pengolah gambar (fotografi).
Thomas Knoll bersama timnya akhirnya mengembangkan Photoshop untuk berbagai keperluan seperti: web design (Image Ready), publishing (Photoshop), animasi (Image Ready), digital painting (Photoshop), dan bidang lainnya.
Para web design maupun graphic design cenderung lebih banyak menggunakan program Adobe Photoshop untuk membantu pekerjaan di bidang masing-masing karena mudah digunakan, memiliki warna cerah, mendukung plug-in dari pihak ketiga, dan hasil output yang fantastik.
  MOGA INFONYA DAPAT BERMANFAAT